Posted on

THE CLUB–PART 3


Jadilah aku satu-satunya dengan tangan diatas. Sally menatapku dengan matanya yang buas. Dan sepertinya Sally bukan satu-satunya hewan buas disana. Aku menjadi pusat perhatian di ruangan itu.

“Come.” Kata Sally yang memerintahku dengan jarinya yang menggoda.

Aku bukan orang yang demam panggung. Tetapi apakah aku sekarang berkeringat? Dahiku? Hidungku? Kenapa aku merasa begini? Pertanyaan bodoh itu tetap saja aku utarakan ke diriku sendiri. Aku membersihkan tenggorokanku dan melangkah dengan pelan menuju ke tengah ruangan. Aku sudah dekat dengan kursi itu. Sally berjalan di belakangnya. Kedua tangannya mengelus-ngelus punggung kursi.

“Silahkan.” Telapak tangan kanannya terbuka mengarahkanku ke kursi yang ternyata sangat empuk itu. Aku menduduki busa terlapis kain beludru berwarna maroon. Lalu akurasakan dua tangan Sally di atas pundakku.

“Relaxed?” Tanyanya dengan kepala menunduk dekat sekali dengan telingaku.

“No.” Jawabku jujur.

“First time. It’s ok.” Sally berdiri tegak lagi. Jujur aku merasa tidak aman. Aku dikelilingi sekerumunan orang yang menatapku cemburu karena aku yang terpilih dan pada saat yang sama ada wanita yang berdiri di belakangku mengontrol semuanya.

“Malam ini malam yang spesial karena kita mendapat anggota baru.” Kata Sally sementara kepalaku berusaha menangkap wajahnya.

“I will explain the rule of the game.”

“What game? This game? What game?” Tanyaku dalam hati.

“What’s your name?” Tanya Sally.

“Alex.” Jawabku gugup.

“Alex, are you ready?”

“Ready for what? Saya nggak tahu apa2 sama sekali.” Kepolosanku seperti mantra pengundang tawa di ruangan itu. Mukaku merah. Aku memang tidak bisa melihatnya, tapi aku yakin mukaku merah.

“Now, now,..” Suara Sally sedikit meninggi mencari perhatian di antara kerumunan itu.

“Masih inget kan anda-anda semua waktu pertama kali kesini? Sama kan bingungnya?” Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan orang-orang disana.

Sally berdehem dan kemudian melanjutkan kata-katanya masih dengan berdiri di belakangku. Aku benar-benar merasa tidak aman.

“Alex,… tampaknya anda perlu melihat video kita dulu ya.” Aku tidak memberi respon apa-apa. Namun semua orang di runagan itu berbisik-bisik setuju.

Aku merasakan Sally membuat gerakan tertentu di tangannya yang mengakibatkan dengan tiba-tiba munculnya sedikit cahaya di depanku. Cahaya itu dari sebuah TV berukuran sangat besar yang segera memutar sebuah film pendek yang membuatku tahu klub apa ini.

Seperti efek film tua, gambar itu dimulai dengan sebuah foto keluarga. Ada satu kakek-kakek bule (aku pikir itulah alasan kenapa hampir semua orang disini adalah expat), seorang wanita Indonesia dan satu anak perempuan yang bertampang sedih. Foto itu disertai dengan iringan lagu yang menyayat.

“John Wrangler-” Ada suara nge-bass terdengar dari video itu. “50 year-old. He died on a fire in his very house. Everything was burnt down except one…his dream!” Ada gambar sebuah buku tua yang ter-zoom ke layar TV. Lalu ada animasi buku itu terbuka dengan sinar terang yang merubah setting film itu. Muncullah seorang pria Indonesia yang berdiri tegap dengan wajah misterius yang berkata:

“John Wrangler menyimpan cerita hidupnya. Betapa dia disakiti oleh orang-orang di sekiatarnya tanpa bisa membalas. Itu semua karena dia lakukan sendiri. Sampai suatu saat dia menulis tentang sebuah rencana.

“Bagaimana kalau kita semua bersatu berkorban untuk kepentingan orang lain secara begilir? Siapa yang anda benci? Apa yang bisa KITA (kata itu diberi tekanan) lakukan untuk menyelesaikan masalah itu? Dan semuanya dilakukan secara rapi dan,…rahasia?

“KITA sudah melakukannya dan..BERHASIL.”

“Berhasil apanya?” Itulah pertanyaan yang aku ajukan ke diriku sendiri. Dan pertanyaanku berikutnya adalah:

“Siapa yang meninggal?”

 

(to be continued…)

About thef1rstmanonjupiter

I'm a true ARIES--If you know what I mean. If you don't, google it:)

7 responses to “THE CLUB–PART 3

  1. Bung Iwan

    eh. btw knp bagian 2 ditulis tanpa alinea ya?

  2. daff ⋅

    tiba tiba jadi pengen beli jeans …. 😀

  3. daff ⋅

    jeans iprit merk wrangler. 😀

  4. Renotxa

    Kali ini dibaca di temani kakek. Butuh dampingan untuk postingan berikutnya.

  5. Pingback: The Club–part 4–END « firstmanonjupiter

Leave a reply to thef1rstmanonjupiter Cancel reply